LAPORAN PRAKTIKUM
KEANEKARAGAMAN HAYATI DALAM MENGIDENTIFIKASI TUMBUHAN PAKU PAKUAN (Pteridophyta)
DI HUTAN
LARANGAN ADAT KENEGERIAN RUMBIO KABUPATEN KAMPAR
Oleh:
NAMA : DERI GUSTANTO
NIM : 11382102804
KELAS : III/E AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN
SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2014
BAB I
PENDAHULUAN
Tumbuhan paku adalah tumbuhan darat tertua yang ada sejak zaman Devon dan Karbon. Artinya telah hidup sejak 300 – 350 juta tahun yang lalu. Fosil paku merupakan sumber batu bara di bumi. Tumbuhan paku terdapat di mana-mana (kosmopolitan). Umumnya, tumbuh berupa rerumputan dan menyukai tempat yang basah atau lembap. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan lapisan bawah di hutan-hutan tropis dan subtropis, mulai dari dataran rendah sampai ke lereng-lereng gunung, bahkan ada yang hidup di air. Sebagian besar hidup di darat, pada tanah, atau sebagai epifit (menempel pada tumbuhan lain).
Tumbuhan ini pernah merajai bumi terutama periode karbon sehingga zaman itu disebut zaman paku pada waktu itu tumbuhan paku umumnya berupa pohon-pohon berukuran raksasa dan membentuk hutan. Runtuhan tumbuhan paku tertimbun dalam air berawa di hutan-hutan sampai beberapa meter tebalnya, kemudian mengedap membentuk sedimen sekarang sisanya dapat kita gali sebagai batu bara. Di daerah tropis banyak terdapat Alsophyla glauca (paku tiang) yang batangnya dapat di gunakan untuk tiang bangunan. Selain itu tepung spora Lycopodium dapat dijadikan bahan kembang api. Epidermis batang paku ekor kuda mengadung siliko dioksida (SiO2) sehingga berstruktur kasar oleh karena itu batang yang dikeringkan dapat di pakai untuk untuk alat penggosok atau alat pembersih.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian berlokasi di Kab. Kampar, Prov.Riau kawasan Hutan Larangan Adat Desa Rumbio, dan dilaksanakan pada tanggal 10 Januari 2015. Peta lokasi penelitian disajikan dalam Gambar1.
2.2 Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan terdiri atas alkohol 70%, plastik spesimen ukuran 20 kg, karton spesimen, kertas koran, kamera digital, parang, pisau cutter, lembar keterangan data jenis paku yang akan dicari, dan alat tulis menulis. Bahan yang digunakan adalah jenis tumbuhan paku yang ada di dalam kawasan Hutan Larangan Adat Rumbio.
2.3 Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini bersifat eksploratif, yaitu dengan mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi jenis tumbuhan paku yang dijumpai dalam jalur pengamatan. Jalur pengamatan mengikuti jalur jalan atau track dengan didampingi oleh Petugas kehutanan. Jenis pakuan yang akan dicari berdasarkan lembar keterangan data yang dicatat terdiri atas nama jenis, bentuk pertumbuhan,ciri dan ukuran morfologi tumbuhan, bentuk, ukuran dan letak sorus. Pengambilan spesimen secara lengkap dilakukan untuk kepentingan identifikasi jenisnya. Identifikasi dilakukan di dekat Kawasan Hutan Larangan Adat, Kampar, Riau.
2.4 Analisis Data
Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel, gambar, dan uraian deksripsi jenis.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Paku Sarang Burung (Asplenium nidus)
KLASIFIKASI
Kingdom : Plantae
Division : Pteridophyta
Class : Polypodiopsida
Ordo : Polypodiales
Family : Aspleniaceae
Genus : Asplenium
Species : Asplenium nidus
Division : Pteridophyta
Class : Polypodiopsida
Ordo : Polypodiales
Family : Aspleniaceae
Genus : Asplenium
Species : Asplenium nidus
Deskriptif Tumbuhan :
Bentuk daun berupa daun tunggal lanset (lanceolatus). Ujung daun meruncing (acuminatus) dan tepi daun berombak (repandus). Sorus terdapat di bawah daun berbentuk garis-garis berwarna coklat kehitaman yang terdapat di sepanjang anak tulang daun. Batang dapat berupa batang dalam (rizom) atau batang di atas permukaan tanah. Daun muda mempunyai cirri khas yaitu tumbuh menggulung (circinnatus), pada daun muda paku sarang burung menggulung ke arah dalam. Daun termasuk sporofil (daun fertil) karena menghasilkan spora. Daun tidak terlepas dari rimpang dan termasuk daun makrofil.
Tumbuh-tumbuhan tidak dengan bunga sejati, artinya tidak ada benang sari atau putik dan perhiasan bunga. Tumbuh-tumbuhan berspora (golongan 1).Tumbuh-tumbuhan darat atau rawa, berakar di tanah. Daun-daun lain macamnya. Daun lebih besar dan lain bentuknya. Bagian yang fertile berbentuk bulir atau tidak. Sporangia tidak demikian letaknya. Tumbuh-tumbuhan yang lain, tidak ada bagian yang fertile berbentuk bulir. Daun fertile tidak demikian.daun lain. Sporangia terkumpul menjadi timbunan spora (sori) yang jelas, bulat atau berbentuk garis. Sori sedikit atau banyak tertutup oleh suatu selaput penutup khusus atau oleh tepi daun yang mengulung. Sori agak berjarak dari tepi daun. Sori berbentuk garis seperti selaput penutupnya. Sori terdapat diatas tulang daun lateral yang merupakan percabangan melintang dari ibu tulang daun.
2. Paku Gajah ( Angiopteris evecta)
Division : Pteridophyta
Class : Filicopsida
Ordo : Marattiales
Family : Marattiaceae
Genus : Angiopteris
Species : Angiopteris evecta
Deskriptif :
Golongan paku ini merupakan tumbuhan yang berupa pohon. kebanyakan spesies paku pakis telah memcapai pertumbuhan yang tidak terbatas sehingga dinamakan paku pohon. Ini kerana pembentukan batang dan daunnya begitu sempurna menyerupai Spermatophyta.
Paku ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : Entalnya bersirip ganda, maka setiap ental mempunyai beberapa percabangan dan tiap cabang mempunyai beberapa helai daun sehingga paku ini tumbuhnya rimbun. Panjang entalnya bisa mencapai 2-3 m. Sedangkan lebarnya sampai 2 m, tangkainya berwarna hijau, bersisik jarang dan berbulu terutama pada permukaan bagian bawahnya. Tepinya bersayap sempit, tektur daun umumnya tipis, tepinya bergigi tumpul dan halus, semakin ke ujung bergigi kasar dan melancip. Bentuk pangkal daunnya sangat bervariasi. Sori terdapat di sepanjang tepi daun bagian bawah, berkelompok, memanjang jumlahnya sampai 12 sporangia. Antara kelompok satu dengan yang lainnya saling berdekatan, sehingga bila kita lihat sepintas kelompok-kelompok tersebut merupakan garis memanjang yang membatasi tepi daun.
Pada paku akarnya hanya berupa riziod berbatang kecil dan umumnya berwarna hijau kerana memiliki klorofil sehingga dapat membantu proses fotosintesis dan daunnya hanya berupa sisik dengan satu vena daun saja. Manakala pada paku sejati , pembahagian antara akar, batang dan daun tampak jelas. Ketiga – tiga organ tersebut telah memcapai kesempurnaan yang tinggi .Batang pada tumbuhan ini dapat mencapai besar satu lengan atau lebih, umumnya tidak bercabang dan pada ujungnya terdapat suatu roset daun.
Sporangium pula merupakan kapsul yang berbentuk kanta dwicembung . Dinding sporangium terdiri daripada satu atau beberapa lapisan sel, kecuali pada bahagian tepinya terdapat suatu lapisan sel berdinding tebal yang mengelilingi sebahagian kapsul yang dinamakan anulus, pada bagian ujung lingkaran terdapat satu kumpulan sel yang pipih yang dikenali sebagai stomium, apabila sporangium masak sel stomium akan pecah dan membebaskan spora yang terdapat didalamnya.
3. Paku tanah (Pteris vitata)
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Sub classis : Leptosporangiatae
Ordo : Filicales
Familia : Polypodiaceae
Sub familia : Pteridaceae
Genus : Pteris
Species : Pteris vitata
Deskripsi :
Pteris vitata termasuk paku tanah. Daunnya sporofit (daun fertil) yaitu daun yang berfungsi menghasilkan spora, sebagai organ fotosintesis. Daun muda menggulung dan akan membuka jika telah dewasa. Bentuk daunnya memanjang, tepinya rata, ujung daunnya setengah meruncing, daunnya berhadapan bersilang, teksturnya selaput berupa helaian, dan permukaan daunnya kasar. Daun berwarna hijau, karena mengandung klorofil. Batang berupa rimpang, karena pada umumnya arah tumbuhnya menjalar atau memanjat, meskipun ada yang tegak. Bentuk batang tumbuhan paku ini panjang dan ramping. Permukaannya kasar dan ditumbuhi rambut-rambut halus.
Batang berwarna coklat sampai coklat kehitaman dan bercabang. Akar pada pangkal rimpang yang tegak dan bentuk akarnya tipis, kasar, serta akar berwarna coklat tua. Struktur organ terdiri dari akar, batang, daun, sorus, indisium, dan percabangan. Habitat hidup di tanah, tembok, dan tebing terjal. Kebanyakan menempel pada substrat berupa batu atau tebing pada tebing sungai, yang menyukai kelembapan. Rimpangnya menjalar pada permukaan batuan dan akarnya masuk ke celah-celah batu. Tumbuhan paku ini berkembangbiak dengan cara vegetative dan generative. Perkembangbiakan generative dimulai dengan pembentukan spora yang dihasilkan oleh sporangium. Jika spora tersebut jatuh di tempat yang sesuai, maka spora akan tumbuh dan berkembang menjadi protalus (protalium) atau gametofit.
Spora berkecambah membentuk gametofit yang homotalus (berumah satu), di luar batas dinding spora.
4. Paku uban, Paku sagah (Nephrolepis sp)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Ordo : Polypodiales
Family : Lomariopsidaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis sp
Deskripsi :
Nephrolepis sp adalah spesies pakis dalam keluarga Lomariopsidaceae (kadang-kadang diperlukan dalam keluarga Davalliaceae atau Oleandraceae atau dalam keluarga sendiri Nephrolepidaceae), berasal dari daerah tropis diseluruh dunia. Nephrolepis sp ini merupakan salah satu dari kelompok sekitar 20.000 spesies dari tanaman yang diklasifikasikan dalam filum atau divisi Pteridophyta, juga dikenal sebagai Filicophyta. Kelompok ini juga disebut sebagai Polypodiaopyta (Polypodiopsida ketika diperlukan sebagai tracheophyta atau tumbuhan vaskuler).
Spesies Nephrolepis sp hidup di berbagai tempat di pegunungan dan di gurun yang kering, di sungai atau di lapangan terbuka. Nephrolepis sp secara umum dapat dianggap sebagian besar habitatnya marjinal, sering terdapat di tempat-tempat di mana berbagai faktor lingkungan membatasi keberhasilan. Ada empat tipe habitat tertentu yang dapat ditemukan di tempat yang lembab, hutan yang teduh, terutama ketika terlindung dari sinar matahari penuh, asam termasuk lahan basah rawa dan rawa-rawa dan juga di daerah tropis, di mana banyak spesies epifit.
Nephrolepis sp merupakan tumbuhan herba atau sedikit berkayu. Daun Nephrolepis sp berbentuk memanjang, ujungnya membulat, sedangkan pangkalnya berlekuk, dan tepi daunnya rata. Jenis daun Nephrolepis sp adalah majemuk, warna daunnya hijau. Batang pada Nephrolepis sp ini berupa rimpang karena pada umumnya arah tumbuhnya menjalar atau memanjat. Batangnya berbentuk bulat beralur dan berusuk secara longitudinal, batangnya sedikit berkayu dan permukaan batangnya terdapat rambut-rambut uniseluler, tetapi Nephrolepis sp ini tidak mempunyai ramenta atau bentukan seperti rambut atau sisik yang berwarna hitam, coklat kehitaman, merah kecoklatan dll. Warna batang pada Nephrolepis sp ini yaitu coklat tua, batangnya tidak bercabang dan ukurannya bervariasi dalam satu tumbuhan. Akar merupakan bagian pokok tumbuhan setelah daun dan batang, bentuknya seringkali meruncing sehingga lebih mudah untuk menembus tanah.
Nephrolepis sp merupakan tumbuhan paku yang steril sehingga tidak mempunyai spora. Sedangkan menurut literatur ada kelompok Nephrolepis yang lain mempunyai spora karena pada umumnya kelompok tumbuhan ini menghasilkan satu jenis spora, spora dihasilkan oleh alat yang disebut sporangium yang dibentuk pada lembaran serupa daun yang disebut sporofil. Selain membentuk sporagium, sporofil sering pula dimanfaatkan untuk fotosintesis.
Siklus hidup yang khas pada Nephrolepis sp yaitu:
a. Sebuah sporofit (diploid) menghasilkan fase spora haploid oleh meiosis;
b. Sebuah spora tumbuh melalui mitosis menjadai gametofit yang biasanya yang terdiri dari protallus fotosintetik;
c. Fase gametofit menghasilkan gamet (baik sperma maupun sel telur yang sama protallusnya) oleh mitosis.
Telur dibuahi secara diploid menjadi zigot dan berkembang melalui mitosis menjadi fase sporofit (yang khas pada Nephrolepis).
5. Kayu Pacat (Anisophyllea disticha)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Eudicots
Ordo : Cucurbitales
Family : Anisophylleaceae
Genus : Anisophyllea
Species : Anisophyllea disticha
Deskripsi :
Anisophyllea disticha mempunyai perawakan berupa semak dan dapat tumbuh hingga 7,5 m. Status konvservasi di lokasi penelitian adalah tidak pasti. Anisophyllea disticha dilokasi penelitian berada pada topografi datar dan vegetasinya berupa hutan sekunder.
Lokasi ditemukannya Anisophyllea disticha berada ada daerah hutan dengan tekstur tanah berlumpur hitam / merah serta mempunyai status asal yaitu tumbuhan liar dengan jenis tumbuhan sekitarnya adalah tumbuhan karet.
Anisophyllea disticha mempunyai bentuk percabangan monopodial atau batang utama jelas dapat terlihat. Permukaan batang adalah halus dengan warna batang hijau. Serta mempunyai jenis daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai daun
6. Paku Rasam (Gleichenia linearis)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Gleicheniopsida
Ordo : Gleicheniales
Famili : Gleicheniaceae
Genus : Gleichenia
Spesies : Gleichenia linearis (Burm. f.) C. B
Deskripsi :
Andam atau paku rasam ternyata masuk dalam jenis gulma (tanaman pengganggu), karena kehadirannya di beberapa tempat sering mendominasi permukaan tanah sehingga tumbuhan lain yang berada di dekatnya menjadi terhambat pertumbuhannya. Andam yang dianggap sebagai tanaman liar dan pengganggu di habitatnya ini ternyata bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku kerajinan anyaman yang bernilai jual. Hal ini karena andam mengandung zat tanduk, anti rayap, dan tahan terhadap udara lembab yang mampu melebihi kekuatan rotan.
Paku Andam (Gleichenia lineari) tumbuh melilit dan bercabang seperti garpu, dapat tumbuh hingga 2.800 mdpl, tinggi mencapai 3 – 10 kaki, akar rimpang yang tumbuh di dekat permukaan tanah keluar batang yang keras yang tumbuh keatas. Nama ilmiah Gleichenia linearis dan nama lain dari tanaman ini yaitu Paku Rasam, Suku gleicheniaceae.
Andam merupakan jenis Pteridophyta (paku-pakuan) besar yang biasa tumbuh pada tebing-tebing di tepi jalan di pegunungan. Di Indonesia, Andam sering dijumpai di tebing-tebing di sekitar Sumatera dan Kalimantan dengan ketinggian hingga 2.800 mdpl. Tingginya dapat mencapai 3 – 10 kaki. Ada pula Andam yang tumbuh subur dan lebat di hutan-hutan Hawaii.
7. Paku Kawat (Lycopodium cernuum)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Lycopodiinae
Ordo : Lycopodiales
Famili : Lycopodiaceae
Genus : Lycopodium
Spesies : Lycopodium cernuum, Lycopodum clavatum
Deskripsi :
Pada tumbuhan pertama yaitu Lycopodium cernuum atau yang sering dikenal dengan sebutan Paku kawat. Lycopodium cernuum memiliki ciri-ciri berdaun kecil (mikrofil) dengan susunan spiral dan daun-daun yang sangat banyak tersebut tersusun rapat, batangnya seperti kawat sehingga diberi julukan paku kawat, sporangium muncul di ketiak daun dan berkumpul membentuk strobilus (kerucut), umumnya Lycopodium cernuum hidup di darat. Akar pada Lycopodium cernuum biasanya bercabang menggarpu, bagian – bagian batang yang berdiri tegak, dan mempunyai rangkaian sporofil .
Berdasarkan macam spora yang dihasilkan Lycopodium cernuum termasuk tumbuhan paku homospora yaitu tumbuhan paku yang menghasilkan satu jenis spora (spora tunggal) yang berkembang menjadi gametofit biseksual (memiliki organ jantan dan organ betina).
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
1. Selama kurun waktu pelaksanaan praktikum Keanekaragaman Hayati, ditemui 7 jenis tumbuhan paku di kawasan Hutan Larangan Adat Rumbio, yang selanjutnya dapat dikelompokan ke dalam 7 famili yaitu Aspleniaceae, Marattiaceae, Polypodiaceae, Lomariopsidaceae, Anisophylleaceae, Gleicheniaceae, Lycopodiaceae.
2. Di antara ke-7 famili itu memiliki bentuk morfologi dan habitat tumbuh/biasanya ditemukan, misalnya:
· Paku Sarang Burung (Asplenium nidus) Daun termasuk sporofil (daun fertil) karena menghasilkan spora. Daun tidak terlepas dari rimpang dan termasuk daun makrofil. Tumbuh-tumbuhan tidak dengan bunga sejati, artinya tidak ada benang sari atau putik dan perhiasan bunga. Tumbuh-tumbuhan berspora (golongan 1).Tumbuh-tumbuhan darat atau rawa, berakar di tanah.
· Paku Gajah ( Angiopteris evecta) Entalnya bersirip ganda, maka setiap ental mempunyai beberapa percabangan dan tiap cabang mempunyai beberapa helai daun sehingga paku ini tumbuhnya rimbun.
· Paku tanah (Pteris vitata) Daunnya sporofit (daun fertil) yaitu daun yang berfungsi menghasilkan spora, sebagai organ fotosintesis. Habitat hidup di tanah, tembok, dan tebing terjal. Kebanyakan menempel pada substrat berupa batu atau tebing pada tebing sungai, yang menyukai kelembapan. Rimpangnya menjalar pada permukaan batuan dan akarnya masuk ke celah-celah batu.
· Paku uban, Paku sagah (Nephrolepis sp) Daun Nephrolepis sp berbentuk memanjang, ujungnya membulat, sedangkan pangkalnya berlekuk, dan tepi daunnya rata. Jenis daun Nephrolepis sp adalah majemuk, warna daunnya hijau. Spesies Nephrolepis sp hidup di berbagai tempat di pegunungan dan di gurun yang kering, di sungai atau di lapangan terbuka.
· Kayu Pacat (Anisophyllea disticha) Permukaan batang adalah halus dengan warna batang hijau. Serta mempunyai jenis daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari tangkai daun. Lokasi ditemukannya Anisophyllea disticha berada ada daerah hutan dengan tekstur tanah berlumpur hitam / merah serta mempunyai status asal yaitu tumbuhan liar dengan jenis tumbuhan sekitarnya adalah tumbuhan karet.
· Paku Rasam (Gleichenia linearis) Andam yang dianggap sebagai tanaman liar dan pengganggu di habitatnya ini ternyata bisa dimanfaatkan menjadi bahan baku kerajinan anyaman yang bernilai jual. Hal ini karena andam mengandung zat tanduk, anti rayap, dan tahan terhadap udara lembab yang mampu melebihi kekuatan rotan. Andam banyak tumbuh di tempat-tempat teduh, lembab, dan subur di daerah tropis dan subtropis. Di Indonesia, Andam sering dijumpai di tebing-tebing di sekitar Sumatera dan Kalimantan dengan ketinggian hingga 2.800 mdpl.
· Paku Kawat (Lycopodium cernuum) berdaun kecil (mikrofil) dengan susunan spiral dan daun-daun yang sangat banyak tersebut tersusun rapat, batangnya seperti kawat sehingga diberi julukan paku kawat, umumnya Lycopodium cernuum hidup di darat.
3. Berbagai jenis tumbuhan paku tersebut memiliki berbagai potensi seperti sebagai tumbuhan berkhasiat obat dari famili Gleichenia, sebagai tumbuhan hias dari famili Aspleniaceae, dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan yaitu Paku Rasam (Gleichenia linearis).
4.2 SARAN
Tumbuhan paku memiliki potensi pemanfaatan yang cukup baik untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan obat, bahan makanan, tanaman hias dan bahan kerajinan seni. Sehingga perlu dilakukan kegiatan eksplorasi pada bagian lain dari kawasan Hutan Larangan Adat untuk melengkapi data keanekaragaman jenis tumbuhan khususnya tumbuhan paku yang terdapat didalamnya, Sehingga pemanfaatannya secara penuh dapat dilakukan guna meningkatkan pendapatan masyarakat disekitar kawasan hutan. Selain itu kawasan hutan perlu dijaga dengan ketat jangan sampai tergerus akan pembukan lahan perladangan dan perkebunan oleh rakyat maupun perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Arini,D.I.D dan kinho,julianus. Juni 2012. Keragaman jenis tumbuhan paku (pteridophyta) di cagar alam gunung ambang sulawesi utara.journal. Balai Penelitian Kehutanan Manado: Kecamatan Mapanget Manado.
Widhiastuti,retno dkk.juli 2006.struktur dan komposisi tumbuhan paku pakuan dikawasan hutan gunung sinabung Kabupaten Karo.journal.Universitas Sumatera Utara:Medan
DOKUMENTASI
0 komentar:
Posting Komentar